Ada semakin banyak hadiah di bawah pohon Anda, tetapi bagaimana jika seseorang memberi tahu Anda bahwa ada harta karun yang lebih besar yang tersembunyi di rumah atau halaman belakang Anda? Apakah kamu tidak akan mencarinya? Dan terus mencari sampai Anda menemukannya?
Perhatikan Amsal 2:3-5 (ESV): “Jika kamu berseru meminta pencerahan dan meninggikan suaramu meminta pengertian, jika kamu mencarinya seperti perak dan mencarinya seperti harta terpendam, maka kamu akan memahami takut akan Tuhan dan menemukan ilmu tentang Tuhan.”
Apa jadinya jika, khususnya di masa Natal ini, kita menghargai hikmat (pemahaman) Tuhan seperti perak atau harta terpendam? Betapa berbedanya hidup kita jika kita mencari bongkahan hikmat dalam Firman Tuhan sesering kita mencari bongkahan perak di halaman belakang rumah kita, dengan energi dan kegembiraan yang sama? Seperti kita membuka hadiah dengan antisipasi?
Salah satu cara termudah untuk mendapatkan hikmah adalah dengan membaca Alkitab. Namun banyak di antara kita yang menganggap remeh Firman Tuhan. Kita tidak menyadari betapa kita membutuhkan nasihat Bapa Surgawi dalam setiap bidang kehidupan kita.
Demikian pula, pernahkah kita memikirkan betapa berharganya takut akan Tuhan? Betapa berharganya mengetahui Bapa Surgawi kita? Jika kita benar-benar menghargai Firman Tuhan, kita akan menghabiskan setiap menit membalik halamannya—seolah-olah kita benar-benar mencari harta karun terbesar.
Bayangkan apa jadinya jika kepemilikan Alkitab tiba-tiba dianggap ilegal. Apakah kita langsung menyesal karena menganggap remeh Firman Tuhan?
Apakah kita dimanjakan oleh akses kita yang mudah terhadap Alkitab? Apakah ini sebabnya Alkitab tidak memiliki daya tarik yang sama bagi kita seperti halnya bagi negara-negara tertindas?
Bagaimana jika kita hanya diberi satu halaman Alkitab pada suatu waktu dan harus menghafalkannya sebelum menyebarkannya? Inilah yang dilakukan orang-orang percaya di Tiongkok di penjara. Mereka menghafal seluruh Alkitab dengan cara ini.
Apakah kita juga ingin memahami “takut akan Tuhan” dan “mengenal Tuhan” seperti orang percaya di Tiongkok? Apakah kita bersedia menghabiskan jumlah waktu dan energi yang sama—bahkan dengan mempertaruhkan nyawa kita sendiri?
Untungnya, kita tidak perlu melakukan hal itu—setidaknya belum.
Kita tidak menunggu sampai terlambat untuk menghargai Firman Tuhan. Sebaliknya, marilah kita berpegang pada karunia yang telah kita miliki dan mencari hikmat-Nya dengan sukacita dan ketekunan—pada Natal ini dan seterusnya.
Sheryl H. Boldt adalah warga Franklin County, kolumnis berbasis agama dan penulis blog www.TodayCanBeDifferent.net. Anda dapat menghubunginya di SherylHBoldt@gmail.com.