Three Sisters sudah ada sejak pertanian, setidaknya 3.000 tahun yang lalu. Asal muasalnya telah hilang dalam kabut waktu kuno. Three Sisters ditemukan dan dikembangkan oleh orang Amerika kuno, dan kesuksesan mereka berlanjut hingga zaman modern. Asal usulnya tidak dicatat karena sebelum ditemukannya tulisan. Hanya arkeolog dan antropolog modern yang mendokumentasikan Three Sisters. Pada saat Columbus menemukan Amerika pada tahun 1492, Three Sisters telah menjadi praktik umum.
Columbus menemukan ladang jagung di Amerika Serikat bagian timur. “Three Sisters” adalah praktik menanam tanaman liar seperti jagung, kacang-kacangan, dan labu pada saat yang bersamaan. Ketiga tanaman ini adalah dasar pola makan penduduk asli Amerika. Ketiga tanaman tersebut ditempatkan di dalam gundukan yang ditinggikan dan dapat disemai, ditanam, dan dipanen dengan tangan karena masyarakat Aborigin tidak memiliki hewan pengangkut.
Jagung (juga dikenal sebagai jagung) dibudidayakan oleh masyarakat adat di Meksiko dan Amerika Tengah sekitar 9.000 tahun yang lalu. Para antropolog telah mempelajari asal usul jagung Meksiko dan menemukan bahwa jagung tersebut berasal dari rumput liar yang disebut teosinte. Teosinte liar tidak seperti jagung modern. Bunga dan batangnya kecil dan kaku. Dalam jangka waktu yang lama, para petani Aborigin zaman dahulu melakukan hibridisasi teosinte untuk menghasilkan jagung dengan tongkol dan biji jagung. Para ilmuwan menemukan tongkol jagung yang terkubur seukuran cerutu. Para petani kuno ini juga menemukan Three Sisters. Praktek ini bermigrasi ke utara ke Amerika Utara.
Para petani ini mendapatkan hasil panen yang lebih tinggi di Three Sisters. Para wanita Iroquois pertama-tama menggali lubang di tanah dan menanam beberapa biji jagung di dalamnya. Ketika jagung mulai bertunas, para wanita kembali dan mulai membangun gundukan tanah di sekitar tunas tersebut, membentuk gunung teratai yang akhirnya menjadi setinggi satu kaki dan lebar dua kaki. Bukit dapat dilapisi, disiram, dan dikerjakan dengan tangan.
Dua atau tiga minggu setelah menanam jagung, para perempuan kembali ke pegunungan untuk menanam benih kacang liar. Saat kacang liar mulai tumbuh, tanaman merambat menggunakan batang jagung sebagai teralis, dan akar kacang mulai menambahkan nitrogen ke tanah di dasar bukit. Nitrogen adalah pupuk alami.
Di sepanjang deretan bukit, penduduk asli Amerika menanam labu liar, atau biji labu. Labu yang tumbuh rendah dan tumbuh cepat ini memiliki daun lebar yang menjaga kelembapan tanah dan menekan pertumbuhan gulma.
Penduduk asli Amerika tahu apa yang mereka lakukan. Mereka menyadari bahwa kombinasi ketiga tanaman ini dapat memberikan keuntungan timbal balik terhadap hasil panen jagung, kacang-kacangan, dan labu siam. Ketiga tumbuhan inilah yang kemudian menjadi makanan pokok mereka sehari-hari. Mereka menciptakan nama “Tiga Saudara Perempuan”. Mereka dipanen sebelum embun beku pertama di musim gugur.
Columbus membawa tanaman jagung kembali ke Spanyol dan Portugal. Tidak jelas apakah ketiga saudara perempuan tersebut menyelesaikan perjalanan tersebut, tetapi jagung diperkenalkan ke Eropa oleh Columbus. Keajaiban Three Sisters terus dipraktikkan di Amerika Utara, bahkan di tanah gersang.
Ketiga saudara perempuan tersebut tetap menjadi subjek penelitian. Penelitian menemukan bahwa jagung menghasilkan kalori dua setengah kali lebih banyak per hektar dibandingkan gandum atau barley. Jagung dapat ditanam dalam kondisi laboratorium dan senyawa organik volatil (VOC) tanaman gabungan ditangkap di ruang utama untuk dianalisis. Kombinasi jagung, buncis dan labu siam masing-masing mengandung sembilan asam amino esensial serta protein, vitamin A dan C.
Ada sebuah cerita di sini. Salah satunya adalah kebijaksanaan dan kesabaran para petani Aborigin zaman dahulu yang berhasil memanfaatkan alam untuk menopang kehidupan mereka. Hal lainnya adalah kebijaksanaan dalam mengenali kapan eksperimen tanaman efektif. Anda dapat terus bereksperimen dengan menanam pohon Three Sisters di halaman belakang rumah Anda dan mencoba kombinasi tanaman yang berbeda.
Herndon Williams berafiliasi dengan Bayside Historical Society dan Refugio County Historical Commission. Dia adalah penulis “Texas Gulf Coast Stories”, yang diterbitkan oleh History Press pada bulan Desember 2010. Buku keduanya, “Eight Centuries on the Texas Frontier,” diterbitkan pada Mei 2013.